Teknologi digital telah masuk dengan cepat ke semua aspek kehidupan masyarakat. Teknologi digital sudah digunakan dalam pendidikan di Indonesia. Pelajar Indonesia memiliki akses lebih mudah ke sumber pendidikan karena adanya pustaka digital. 132,7 juta orang di Indonesia menggunakan internet dan media sosial, menurut data yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Perpustakaan dianggap sebagai tempat di mana siswa dapat belajar, membaca, menulis, dan melakukan aktivitas literasi lainnya. Oleh karena itu, keberadaan perpustakaan digital di dekat siswa dianggap sangat baik karena dapat membantu siswa melakukan aktivitas literasi.
INDONESIA DARURAT LITERASI
Sudah jelas bahwa sejumlah faktor berkontribusi pada tingkat minat baca siswa yang rendah, antara lain:
- Kondisi yang tidak mendukung
Lingkungan yang dimaksud adalah tempat minat dan kecenderungan anak terbentuk. Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak memiliki lingkungan yang mendukung minat baca anak. seperti perpustakaan yang tidak memadai, kurangnya dukungan lingkungan, dan keterbatasan pengenalan buku untuk anak-anak. - Arus digititalisasi yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai
Memasuki era digital, beberapa orangtua tidak memiliki kendali atas bagaimana mereka menjaga anak-anak mereka. Orang tua sering meninggalkan anak-anak mereka dengan telepon genggam karena alasan seperti pekerjaan rumah dapat terselesaikan, telepon genggam digunakan sebagai obat untuk tantrum anak-anak, atau telepon genggam digunakan sebagai cara untuk menghilangkan kejenuhan anak. Padahal, jika tidak dibarengi dengan pengawasan orangtua, pemberian gadget pada anak-anak akan berdampak negatif. Anak-anak akan tenggelam dalam dunia maya yang menyenangkan dan menikmati waktu bermain dengan teman sebaya. Masa kanak-kanak seharusnya dipenuhi dengan tawa dan berkumpul dengan keluarga, tetapi akan diganti dengan khayalan dan fantasi yang tidak realistis.
Jika tidak ada komitmen kolektif untuk meningkatkan minat baca masyarakat, faktor-faktor yang disebutkan di atas pasti akan terus berlanjut dari generasi ke generasi. Jika tidak, harapannya untuk Indonesia Emas pada tahun 2045 mungkin akan hilang.
Meskipun pemerintah telah melakukan tugasnya dengan baik, kita sebagai masyarakat kadang-kadang acuh tak acuh dan menganggap tanggung jawab ini hanya ada pada pemerintah. Namun, keluarga, kelompok sosial terkecil, adalah yang menentukan minat baca.
Setelah itu, ketika anak memasuki jenjang pendidikan sekolah. Karena lebih banyak waktu yang dihabiskan siswa usia sekolah di sekolah daripada di rumah, lembaga sekolah diharapkan menjadi wadah sekaligus motivator bagi minat baca siswa. Oleh karena itu, institusi pendidikan diminta untuk melakukan inovasi inovatif yang memenuhi kriteria efektif, efisien, dan sesuai dengan zaman. Ini adalah ide-ide penulis untuk meningkatkan minat pembaca.
Digitalisasi Perpustakaan
Pandemi Covid-19 membawa dunia ke era baru. Semua orang di dunia diminta untuk berpikir efektif, tepat guna, dan dapat dilakukan di “manasaja”. Oleh karena itu, era digital melahirkan platform yang memudahkan pekerjaan manusia. Sektor-sektor seperti pendidikan, pangan, energi, dan pelayanan masyarakat telah diubah untuk menyesuaikan diri dengan tren “digital” global.
Sektor pendidikan telah mengubah sistem pendidikannya menjadi digital, dan lembaga pendidikan harus sesuai dengan era baru ini. Digitalisasi adalah proses transisi dari teknologi analog ke digital.
Perkembangan ini berjalan begitu cepat sehingga jika sistem pendidikan Indonesia hanya “berjalan di tempat”, akan terombang-ambing olehnya. Oleh karena itu, sistem pendidikan harus mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat mengimbanginya atau bahkan menguasainya.
Hal-hal yang membuat digitalisasi penting dilakukan oleh setiap lembaga sekolah, untuk mendigitalisasi perpustakaan konvensional:
- perpustakaan konvensional membutuhkan banyak biaya, seperti ruang, AC, rak, koleksi, dan perawatan.
- Mengikuti perkembangan zaman dan cara berpikir generasi berikutnya.
- Sedikitnya pustakawan
- Koleksi buku yang terbatas; hanya buku bacaan yang diberikan oleh pemerintah
Menurut Chowdhury (2004), perpustakaan digital adalah layanan informasi di mana semua sumber daya tersedia dalam bentuk yang dapat diproses komputer, termasuk arsitektur, layanan, kumpulan sumber informasi, database teks, angka, grafik, suara, dan video, serta alat dan kemampuan untuk menemukan, mengambil, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Di era disrupsi dan revolusi industri 5.0, teknologi informasi berkembang dengan cepat dan pesat. Saat ini, Anda dapat mendapatkan data dengan cepat hanya dengan menggerakkan ujung jari Anda ke gawai. Setiap aspek kehidupan diubah menjadi digital, salah satunya adalah bidang kearsipan seperti perpustakaan. Ini juga berdampak pada institusi pendidikan, terutama pada pendekatan baru siswa dan guru untuk mencari informasi. Dibandingkan dengan masa lalu, perpustakaan sekolah membutuhkan lebih banyak tenaga dan waktu untuk mencari data, informasi, dan bahan pelajaran.
Sebagai pembimbing akademik, guru dapat mengarahkan siswanya untuk belajar mandiri selain di sekolah dengan membantu mereka mengakses materi pembelajaran melalui perpustakaan digital. Guru mengajarkan siswa bagaimana mengakses buku dari perpustakaan digital dengan menggunakan informasi dari sumber yang kredibel, menggunakan kata kunci yang efektif untuk mempercepat pencarian, mengutip dengan benar, dan memilih bahan bacaan yang sesuai dengan kapasitas mereka. Diharapkan hadirnya perpustakaan digital dapat meningkatkan kemampuan pelajar Indonesia untuk membaca dan menulis.
Digitalisasi Perpustakaan SMKN 1 Paritiga
Dari uraian dan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa dunia Pendidikan mendapat pengaruh yang sangat besar dalam dunia digitalisasi, salah satunya perpustakaan. Perpustakaan sekolah SMKN 1 Parittiga juga terimbas dengan kemajuan zaman dalam era digitalisasi ini, maka dari itu perubahan perpustakaan konvensional menuju perpustakaan digital sedang berjalan maju.
Perpustakaan sekolah SMKN 1 Parittiga mempunyai nama “SKASAGA” yang merupakan akronim dari nama sekolah yaitu SMKN 1 Parittiga. Perpustakaan SKASAGA telah memiliki fasilitas digital yang mendukung untuk menjadi perpustakaan digital, diantaranya:
- Menggunakan program aplikasi INLIST lite. Untuk pengelolaan buku, penomoran buku menggunakan system barcode, system sirkulasi buku yang sudah digital melalui aplikasi, dan juga kartu anggota perpustakaan yang menggunakan system barcode. Hal ini mempermudah dan tidak memakan banyak waktu dalam sirkulasi buku (peminjaman dan pengembalian).
- Terdapat 4 komputer pengunjung, untuk memudahkan pengunjung mencari referensi digital dalam hal Pendidikan (pengajaran dan Pelajaran)
- Tersedia ruang audio visual yang dilengkapi dengan android tv sebesar 65’. Untuk sarana pembelajaran siswa dan rekreasi siswa.
Perpustakaan SKASAGA masih terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dan fasilitas untuk pengunjung, agar bisa menjadi sarana dan tempat pembelajaran era digitall dalam lingkungan sekolah.
Penulis:
Dina Eka Widiastuti
Guru SMK Negeri 1 Parittiga, Provinsi Bangka Belitung