Puisi

Harga BBM Naik Lagi

BBM Naik Lagi

dalam panggang terik matahari
untuk kesekian kali
kau naikkan harga bbm lagi
dengan berlindung pada beratnya subsidi
tapi abai pada gelombang suara anak negeri
yang kini tengah lunglai oleh pandemi
dan tersengal himpitan ekonomi

kenapa mesti subsidi yang dikurangi
kenapa bukan sumber pendapatan yang digali
kenapa bukan ragam kebocoran yang ditampali
kenapa bukan tatakelola yang dibenahi

subsidi itu tanggungjawab pemerintah
ia hadir untuk memperkuat ketahanan ekonomi
dari gempuran serakah liberalisasi
agar si miskin terlindungi
itulah misi suci subsidi
lantas kenapa hadirnya mesti kau musuhi?

– 3 September 2022


Antri Bahan Bakar

entah siapa penebar sihir ini
para sopir dan pemilik kendaraan pribadi
tetap bisa tersenyum dalam antri
meski harga bahan bakar terus naik berseri
bahkan kerap disapa geli:
“maaf bahan bakar habis di stasiun pengisian ini”.

lihatlah ekor antrian itu dengan jeli
ia mengular hingga jalan pun diseberangi
seolah menyirat ada naga besar di sini
mengumur bahan bakar dalam lelap mimpi

mereka yang mengantri
berjam-jam bahkan bersinggung hari
terpaksa harus bisa menahan hati
sebab meninggalkan antri
sama saja mengundang mati

sementara mereka yang menaungi
hanya sibuk menampik ironi
dengan menghadirkan beribu alibi
menutupi mahal dan antri
sembari bersenandung geli
bahwa bahan bakar di negeri ini
baik-baik saja sampai saat ini

bagi sopir dan pemilik kendaraan pribadi
ironi tetaplah ironi
kalau mahal dan antri itu tak jua bertepi
mereka pun tak henti bertanya dalam hati
kemana bahan bakar mengalir dan bersembunyi?

– 8 Agustus 2022


Kebijakan Sengsara

masih jelas tertera
dan ini adalah amanat konstitusi negara
tugas pemerintah itu mulia
hendak mewujudkan kesejahteraan umum
bagi semua rakyatnya
kemuliaan itu mestinya dijaga
dengan menghadirkan keputusan yang prorakyat
dengan kebijakan yang membuat rakyat bahagia
bukan sebaliknya, membuat rakyat menderita
–seperti terlihat di kenaikan harga bbm itu–
hingga rakyat pun sah untuk bertanya
dimana kebijakan yang berpihak itu
faktanya, yang ada justru rakyat kian sengsara
tak sempat bermimpi bahagia
– 4 September 2022

Karya Solehun, M.Pd

*Penulis adalah penyuka puisi, tinggal di Kota Palembang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button