Puisi

Puisi tentang Kemerdekaan Karya Solehun

Wajah Agustus

di sepanjang Agustus

wujud Indonesia yang sesunguhnya hadir

ornamen merah putih membalut lekat

gedung kantor, jalan, lorong, hingga gang

aneka lomba, karnaval dan hiburan pun menyeruak

menuntun anak-anak, remaja, dewasa bahkan orangtua

tanpa kenal kasta dan kostumnya

sama-sama leluasa menyeru kata: Merdeka!

diiringi kibaran merah putih di setiap rumah warga

lalu pembina upacara pun tak lupa bernostalgia

betapa merdeka itu tak terkira harganya

sama tak terkiranya jumlah pejuang yang gugur

demi mimpi Indonesia merdeka

karenanya merdeka itu mesti dirawat

agar kita tidak dicap sebagai generasi yang kualat

di sudut taman makam pahlawan

sang veteran tua berpita merah putih juga ikut bersuara

lewat awak media yang mewancarainya

bahwa merdeka sejatinya hak setiap bangsa

demi hidup yang sejahtera

untuk hidup yang bebas dari belenggu penindasan

jangan sampai merdeka itu direduksi

jangan sekali-kali merdeka itu diamputasi

karena itu bisa membuat nyawa pejuang menjadi tak berarti

bahkan bisa memaksa ruh merdeka tercerabut dari bumi pertiwi   


Pahatan “Merdeka

sudah tujuh puluh delapan tahun

kata merdeka terpahat

mestinya kita sudah fasih melafalnya

agar “merdeka” tak terbaca “mereka”

dan tak termakna hanya milik yang “bermerek” semata

sudah tujuh puluh delapan tahun

kata merdeka terpahat

mestinya kita tak lagi salah melafalnya

agar merdeka tak dimonopoli mereka

atau hanya tersemat pada yang bermerek saja


Bukan Seremoni

kemerdekaan bukan seremoni

ia hasil tetesan darah dan air mata jutaan pejuang

yang tertakdir mati berkalang

demi sebuah negeri

yang bebas dari penjajahan dan penindasan

jika kemerdekaan sampai berhenti di seremoni

meradanglah jutaan roh pendahulu negeri

menangislah jiwa para perajut cita-cita negeri

sebab penjajahan dan penindasan bisa berdaur-ulang kembali

merampas kemerdekaan dari tangan pelanjut negeri


Melacak Kemerdekaan

jika nafas negeri masih tergantung

di utang luar negeri

jika aset negeri masih terus terobral

di derap privatisasi

jika kebijakan negeri masih sering tergantung

di selera globalisasi

jika pemimpin negeri masih suka berayun

di bandul korupsi

jika nasib negeri masih terus tersekap

di label kemiskinan sejati

jika…jika…jika…

(ah, terlalu banyak jika di negeri ini)

masih adakah kemerdekaan di negeri ini?

lalu, kenapa bangsa ini

tak segera minta izin soekarno-hatta

untuk kembali memproklamirkan kemerdekaan?

Oh… jika saja kemerdekaan

diproklamirkan kembali di negeri ini ….


Merindu Patriotik-Nasionalisme

Indonesia di hari kemerdekaan

aku merindu patriotik-nasionalisme

bersemai lagi dan subur di ladangmu

seperti pernah dilakonkan Diponegoro, Imam Bonjol

Soekarno-Hatta dan jutaan rakyat pelaku revolusi lainnya

yang tak sempat tercatat sejarah

dalam panggung perjuangan kemerdekaan

Indonesia, sungguh aku merindu

patriotik-nasionalisme

kembali merasuki kepala pengendara negeri

agar hidup bangsamu kembali bisa merdeka!

merdeka dari beragam penjajahan juga penindasan meski Belanda dan Jepang bukan lagi musuh kita


*) Penulis adalah pegiat sastra kreatif, tinggal di Palembang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button