Sinopsis Novel “Cermin Pusaka” Karya Solehun
Cerita novel ini diawali dengan kemarahan Dino pada cermin pusaka karena menghadirkan wajahnya seperti boneka Pinokio. Cermin itu dibantingnya hingga pecah berkeping-keping. Bersamaan itu, tiba-tiba rumahnya bergoyang seperti dilanda gempa. Beruntung ayahnya, Prawiro, segera memungut serpihan kaca cermin pusaka dan membungkus dengan bajunya sehingga gempa itu segera reda.
Prawiro sangat menyesalkan tindakan Dino tersebut. Terlebih, dia telah diamanati oleh sosok tua yang hadir di mimpinya untuk menjaga cermin pusaka itu. Sementara Dino menganggap tindakannya sebagai hal wajar. Sebab, cermin itu telah menghina dan menjatuhkan reputasinya sebagai bakal calon kepala daerah.
Bagi Prawiro, pecahnya cermin pusaka itu alarm, keluarganya akan terkena kutukan sangat mengerikan. Kutukan itu akan benar-benar terjadi jika Dino tidak mau bertanggung jawab untuk mengembalikan cermin pusaka itu utuh seperti sediakala. Seperti pernah dialami keluarga Pak Rusbandi, karena tidak mau bertanggung jawab, kutukan itu benar-benar menjelma. Semua anggota keluarganya mati dan semua harta bendanya tertelan bumi.
Setelah mendengar cerita kutukan itu, Dino akhirnya menyesali perbuatannya. Dia tidak ingin kutukan itu sampai menimpa dia dan keluarga tercintanya. Baginya, keluarga adalah segala-galanya. Dia pun siap bertanggung jawab mengembalikan keutuhan cermin pusaka itu. Termasuk ketika dia harus bertapa dan berpuasa selama empat puluh hari di sebuah gua, sebagaimana disarankan ayahnya.
Dengan ditemani sopirnya, Maman, akhirnya Dino pergi menuju Gua Pelebur Dosa untuk bertapa yang letaknya di kabupaten sebelah, tepatnya di bibir Sungai Perbatasan,. Saat menyeberangi sungai hendak menuju gua tersebut, tiba-tiba mereka dihadang gerombolan jahat. Perkelahian pun tak terhindarkan. Maman yang sempat terluka oleh sabetan pisau akhirnya dilemparkan ke dasar sungai, tanpa diketahui bagaimana nasibnya. Sedangkan Dino dibuat pingsan setelah mulutnya dibekap dengan sapu tangan beroleskan cairan kimia. Dia baru tersadar ketika sudah berada di kamar sekapan pada sebuah rumah yang menjadi posko gerombolan itu.
Keesokan harinya, Maman yang selamat dari peristiwa kekerasan itu mendatangi rumah Dino. Kepada keluarganya, Maman mengabarkan peristiwa yang mereka alami di Sungai Perbatasan hingga nasib Dino yang sampai saat ini tidak diketahui. Atas cerita itu, anggota keluarganya lalu mendatangi kantor kepolisian dan melaporkan kasus dugaan telah terjadi perampokan disertai penculikan yang dialami Dino.
Selama dalam sekapan, Dino dibuat tidak berdaya karena diawasi secara ketat. Dia juga tidak berdaya untuk menolak ketika dipaksa harus bergabung menjadi anggota gerombolan Purba. Jika menolak, dia diancam akan dibunuh. Sejak itu, dia terpaksa harus menjalankan semua tugas yang diberikan Purba, meski tanpa disadari, tugas-tugas itu sejatinya telah diskenario sebagai ajang pembunuhan dirinya. Seperti dalam aksi perebutan kawasan bisnis dari Geng Gurita, dia hendak dibunuh dengan cara dipanah. Tapi rencana itu gagal karena ada sosok tua berpakaian serba putih menyelamatkannya.
Berikutnya, dalam aksi perebutan jabatan ketua sebuah partai politik, dia hendak dibunuh dengan cara dikeroyok oleh pendukung salah satu calon ketua partai politik. Rencana itu juga gagal karena sosok tua itu kembali menyelamatkannya. Terakhir, gara-gara dianggap bakal membocorkan rencana korupsi pada sebuah pekerjaan proyek, dia akan ditembak mati oleh Purba. Tapi lagi-lagi dia diselamatkan oleh sosok tua itu.
Usai kejadian tersebut, Dino dibawa oleh sosok tua itu ke sebuah gua. Di tempat ini, sosok tua itu berkenan membuka jati dirinya. Menurutnya, dia ditugasi oleh nenek moyang untuk menjaga cermin pusaka dan orang-orang yang mau peduli terhadap cermin pusaka, seperti Dino. Dialah sosok tua yang pernah hadir di mimpi ayahnya dan yang memintanya untuk menjaga cermin pusaka pasca kutukan yang dialami Pak Rusbandi. Karenanya, dia sangat paham tentang cerita cermin pusaka itu, termasuk cerita yang sedang melibatkan Dino sekarang. Dia pun meminta Dino bersabar dan bisa mengambil hikmah dari rentetan peristiwa yang dialaminya.
Sosok tua itu kemudian membongkar skenario jahat di balik semua peristiwa yang menimpa Dino. Menurutnya, pembuat skenario itu adalah Pambudi, yang kemudian diorderkan kepada Purba. Dia bernafsu hendak membunuh Dino karena telah dianggap sebagai saingan beratnya dalam Pilkada mendatang.
Di gua tersebut, akhirnya Dino menjalani pertapaan dan puasa selama empat puluh hari. Selama itu pula dia tidak boleh meninggalkan gua dalam kondisi apa pun. Lalu, dalam setiap fase sepuluh harinya, dia disuguhi materi pertapaan dan ujian yang berbeda. Semua fase itu dapat dilaluinya dengan baik. Hingga pada hari terakhir pertapaannya, dia hampir saja mati terbunuh oleh tajamnya pedang Purba dan anak buahnya yang merangsek ke dalam gua. Beruntung, saat itu ribuan kelelawar segera menyerang mereka. Akibat serangan itu, mereka pun mati sebelum pedangnya menebas leher Dino.
Tidak lama berselang dari kematian Purba dan anak buahnya, sosok tua itu kembali menemui Dino. Ia mengabarkan, Dino telah lulus bertapa. Semua ancaman kutukan pun telah sirna karena cermin pusaka itu telah kembali utuh dan sudah berada kembali di rumahnya. Karenanya, Dino pun diperbolehkan pulang untuk berkumpul kembali bersama keluarganya.
Usai bertapa, Dino menjalani rutinitas kehidupannya dengan lebih bijak, energik, visioner, dan produktif. Dino pun kian populer berkat gagasan dan keaktifannya di berbagai kegiatan sosial. Hal ini membuat banyak komponen masyarakat yang meminta Dino untuk bersedia dicalonkan sebagai calon bupati di Pilkada Bumi Makmur.
Meski sempat menolak, akhirnya Dino bersedia dicalonkan. Dia diusung empat Parpol dan dipasangkan dengan calon wakil bupati, Varis, yang berlatar belakang birokrat. Belakangan, seperti diumumkan KPUD, Pilkada ini hanya diikuti dua pasang calon yaitu Dino-Varis (DIVA) dan Pambudi-Cakra (PACAK) yang sama-sama berlatar belakang ketua parpol.
Setelah pemungutan suara dilakukan, pasangan DIVA mampu mengungguli PACAK. Dino-Varis kemudian dilantik sebagai Bupati-Wakil Bupati Bumi Makmur. Sayangnya, momentum pelantikan ini diwarnai aksi anarkis pendukung PACAK meski akhirnya mampu diredam oleh aparat. Aksi anarkis itu berbuntut panjang. Sejumlah orang diproses hukum dan menjadi tersangka. Tidak terkecuali Pambudi-Cakra, yang terbukti sebagai provokator dan akhirnya pengadilan menjatuhkan hukuman penjara kepada mereka.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, Dino-Varis dinilai berhasil. Masyarakat merasakan banyak kemajuan Kabupaten Bumi Makmur sejak dipimpin mereka. Atas capaian tersebut, Dino mengakui semua itu berkat dukungan dan partisipasi segenap elemen masyarakat. Tidak lupa, dia pun berterimakasih kepada cermin pusaka yang dinilai telah menginspirasi kepemimpinannya.